DeepSeek, perusahaan rintisan kecerdasan buatan asal Hangzhou, China, telah mencuri perhatian dunia teknologi dengan model AI terbarunya, DeepSeek-R1. Diluncurkan pada Januari 2025, DeepSeek-R1 diklaim mampu menyaingi model-model besar seperti OpenAI GPT-4 dan Meta LLaMA 3.1, namun dengan biaya pelatihan yang jauh lebih rendah.
Inovasi yang Mengguncang
DeepSeek-R1 dikembangkan dengan biaya kurang dari $6 juta, menggunakan sekitar 2.000 unit chip Nvidia H800, yang secara signifikan lebih murah dibandingkan dengan biaya pelatihan model-model pesaing yang bisa mencapai $100 juta. Keberhasilan ini memicu penurunan tajam saham Nvidia, yang kehilangan sekitar $600 miliar dalam kapitalisasi pasar, mencatatkan penurunan terbesar dalam sejarah pasar saham AS. Sky News+2The Guardian+2Forbes+2Wikipedia+2Business Insider+2Indonesia Updates+2
Model Terbuka dan Efisiensi Energi
DeepSeek-R1 dirilis dengan lisensi MIT, memungkinkan komunitas global untuk mengakses dan memodifikasi model ini. Selain itu, model ini dikenal hemat energi dan sumber daya, menjadikannya pilihan menarik bagi perusahaan dan peneliti yang ingin mengembangkan aplikasi AI tanpa investasi besar.
Tantangan dan Kontroversi
Meskipun banyak dipuji, DeepSeek juga menghadapi kritik. Beberapa pihak meragukan klaim perusahaan terkait penggunaan chip terbatas dan biaya pelatihan rendah. Elon Musk, misalnya, berpendapat bahwa DeepSeek mungkin memiliki akses ke chip canggih yang seharusnya tidak mereka miliki
Dampak Global
Keberhasilan DeepSeek menandakan pergeseran dalam dominasi teknologi AI global. Dengan pendekatan yang lebih hemat biaya dan terbuka, DeepSeek memaksa perusahaan-perusahaan besar seperti OpenAI dan Nvidia untuk meninjau kembali strategi dan investasi mereka di bidang AI.
DeepSeek bukan hanya sebuah perusahaan rintisan; ia adalah simbol dari kebangkitan inovasi teknologi di luar dominasi Barat, membuka babak baru dalam persaingan global di era kecerdasan buatan.